Prinsip-prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
Makalah Belajar dan Pembelajaran
Oleh : Susilowati
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang
memiliki peran penting dalam system pendidikan, karenadalamkurikulum bukan
hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapaisehingga memperjelas arah
pendidikan,akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang
harus dimiliki setiap siswa.
Kurikulum dan pengajaran merupakan hal yang tidak
terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi
sebagai pedoman yang memberikan arah dantujuan pendidikan, sertaisi yang harus
dipelajari. Kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam
bentuk pembelajaran, tanpakurrikulum yang jelas sebagai acuan, maka
pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.
Cara untuk mengembangkan kurikulum tidaklah mudah, oleh
karena itu dalam mengembangkan kurikulum harus memperhatikan system nilai yang berlaku,
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat maupun memperhatikan segala
aspek yang terdapat pada peserta didik. Kurikulum secara terus-menerus
dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan deengan
tututan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman maupun
perkembangan ilmudan teknologi.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Apa saja prinsip
pengembangan kurikulum?
·
Apa saja model
pengembangan kurikulum?
1.3 Tujuan
Makalah
·
Untuk mengetahui prinsip
pengembangankurikulum
·
Untuk mengetahui model
pengembangan kurikulum
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan
dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah
atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum,
dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan
sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena
itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin
terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan
di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali
prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoma, maka
ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Berikut merupakan prinsip
pengembangan kurikulum secara umum yang diangggap penting yakni:
a. Prinsip
Relevansi
Merupakan
pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan
kebutuhan masyarakat. Ada dua macam relevansi yaitu:
ü Relevansi
internal
Adalah
bahwa setiap kurikulum harus memilki keserasian antara komponen-komponennya,
yakni keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta
alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal
menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
ü Relevansi
ekternal
Adalah
berkaitan dengan keserasian antara tujuan,
isi dan proses belajar siswa yang tercakup daam kurikulum dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ada 3 macam relevansi eksternal dalam
pengembangan kurikulum yakni :
·
Relevan
dengan lingkungan hidup peserta didiknya,
maksudnya bahwa proses pengambangan dan penetapan isi kurikulum hendaklah
sesuai ddengankondisi lingkungan sekitar siswa. Contoh: untuk siswa yang berada
di daerah perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan dilingkungan kot, seperti
keramaian, rambu-rambu lalu lintas, tata cara dan pelayanan jasa bank, kantor
pos, da sebagainya. Demikian juga untuk sekolah didaerah pantai, perlu
diperkenalkan bagaimana kehidupan dipantai seperti mengenai tambak, kehidupan
nelayan, koperasi, pembibitan udang dan sebgainya.
·
Relevan
dengan perkembangan zaman baik sekarangmaupun denganmasa yang akan datang, maksudnya
isi kurikulum harus sesuai dengan mondisi yang sedang berkembang. Selain itu
juga yang diajarkan kepada siswa nantinya harus bermanfaat untuk kehidupan
siswa pada waktuyang akan datang. Contoh : untuk waktu yang akan datang
penggunaan computer dan internet akan menjadi salah satu kebutuhan maka dengan
demikian bagaimana cara memanfaatkan computer dan bagiaman cara mendapatkan informasi
dari internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga dengan
kemampuan berbahasa, pada masa yang akan datang ketika pasar bebas seperti
persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan dihadapkan kepada persaingan merebut ppasar kerja dengan
orang asing, oleh karena itu keterampilan berbahasa asing sudah harus dimulai
sejak sekarang.
·
Relevan
dengan tuntutan dunia pekerjaan, maksudnya apa
yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Contohnya : untuk
sekolah kejuruan ekonomi dahulu diajarkan bagaimana cara siswa bisa menggunakan
mesin TIK sebagai alat untuk keperluan
surat menyurat, sedangkan sekarang mesin tik tidak digunakan lagi yang banyak
digunakan adalah computer. Maka
mengoperasikan computer harus diajarkan. Demikan juga dengan dunia kerja
seperti kepariwisataan, perbankan, asuransi, perhotelan dan sebagainya. Isi
kurikulum harus menyesuaikan dengan tuntutan pekerjaan di setiap bidang.
Untuk
memenuhi prinsip relevansi maka dalam proses pengembangan sebelum ditentukan apa
yang menjadi issi dan model kuurikulum yang akan digunakan, maka perludilakukan
studi pendahuluan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan seperti
melkukan survey kebutuhan dan tunuttan masyarakat atau meelakukan studi tentang
jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap lembaga atau instansi.
b. Prinssip
fleksibilitas
Merupakan
kurikulum harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulumyang
kaku atau tidak fleksibel akan sulitditerapkan. Prinsip fleksibel memiliki dua
sisi yakni :
ü Fleksibel
bagi guru, maksudnya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan
program pengajarannya sesuai dengan kondisiyang ada.
ü Fleksibel
bagi siswa, maksudnya kurikulum harus meyediakan berbagai kemungkinan program
pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
c. Prinsip
kontuinitas
Merupakan
perlunya pejagaan antara keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran
pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Dalam penyusunan materi
perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada
jenjang yang lebih tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu
mereka berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya
untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan
program pengajaran tidak efektif dan efesien akan tetapi juga untuk
keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang peendidikan
tertentu.
Untuk
menjaga prinsip ini terus berjalan, maka perlu ada kerja sama natara
pengembagan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalnya para pengembang
pendidikan pada jenjang sekoolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA dan bahkan
dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
d. Efektifitas
Merupakan
rencana dlam suatu kurikulum dapat
ddilaksanakan dan dapat ddicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua
sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum yakni :
ü Efektifitas
berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan
kurikulum didalam kelas. Contoh: apabila guru menerapkan dalam satu caturwulan
atau satu semester harus menyelesaikan 12 program pembeajaran sesuai dengan
pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat
menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaaan
program itu tidak efektif.
ü Efektifitas
kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Contoh: apabila diterapkan dalam
satu catur wulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran
tenrnyata hanya sebgaian saja yang dapat dicapai oleh siswa, dapat dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran siswa tidak efektif.
e. Efesiensi
Merupakan
prinsip yang berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara dan
biaya yang dikeluarkan dengan hasil nilai yang diperoleh.s kurikulum dikatakan memiliki
tingkat efesiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Begitu bagus dan
idealnya suatu kurikulum apabila menurut peralatan, sarana dan prasarana yang
sangat khusus serta mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan
sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam
segala keterbatasan.
Sedangakan prinsip pengeembangan
kurikulum secara khusus yakni:
a. prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan,
b. prinsip berkenaan dengan pemilihan
isi pendidikan,
c. prinsip berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar,
d. prinsip berkenaan dengan pemilihan
media dan alat pelajaran, dan
e. prinsip berkenaan dengan pemilihan
kegiatan penilaian.
Terkait dengan pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi, yaitu :
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
- Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
- Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
- Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan
antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena
prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang
lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari
kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna
memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
2.2
Model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam
bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model
bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang
dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan
dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk
mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk
mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan
pengelolaan.
Nadler
(1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si
pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan
menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah
·
model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan
interaksi manusia,
·
model dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan hasil observasi dan penelitian,
·
model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat
kompleks,
·
model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang
dapat digunakan, setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari
keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan
pengembangan sesuai dengan pendekatannya.
a. Model
Tyler
Pengembangan
kurikulum model ini yang dapat ditemukan di buku klasik yang sampai sekarang
banyak dijadikan rujukan dalam dalam proses pengembangan kurikulum yangberjudul
Basic Principles of Curriculum and Intruction. Model pengembnagn kurikulum ini
bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi
suatu institusi pendidikan. Dengandemikian model initidak menguraikan
pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau
tahapan-tahapan secara rinci. Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental
untuk mengembangkan kurikulum yakni :
·
Berhubungan dengan
tujuan pendidikan yang ingin dicapai
·
Berhubungan dengan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
·
Pengorganisasian
pengalaman belajar
·
Berhubungan dengan
evaluasi
b. Model
Taba
Model ini lebih menitikberatkan kepada bagaimana
mengembangkan kurikulum sebagain suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh
karena itu dalam model ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan
oleh para pengembang kurikulum. Secara umum model kurikulum dikembangkan secara deduktif.
Tetapi,kurikulum yang dikembangkan oleh Taba menggunakan cara
pengembanganinduktif. Oleh karena itu dinamakan model terbalik. Pengembangan
model inidiawali dengan melakukan percobaan dan penyusunan teori serta diikuti
dengantahapan implemen-tasi. Hal dilakukan guna mempertemukan teori dan
praktek.Sukmadinata (2005:166) dan Ahmad (1998: 57) merangkum lima langkahyang
menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum model Taba.
ü Mengadakan unit-unit eksperimen
bersama guru
Penyusunan
unit diawali dengan mendiagnosis kebutuhan serta dilanjutkandengan merumuskan
tujuan. Kegiatan ini juga mempertimbangkan keseimbanganantara kedalaman serta
keluasan materi pelajaran yang akan disusun.
ü Menguji unit eksperimen
Setelah unit-unit dibuat, langkah selanjutnya adalah
mengujicobakan unittersebut. Tujuan dari uji coba unit untuk melihat kelayakan
serta validitas unit-unitdalam pengajaran. Dari hasil ini dapat diketahui layak
atau tidak suatu unitdiimplementasikan.
ü Mengadakan revisi dan konsolidasi
Langkah
ini dilakukan jika hasil pada langkah kedua menunjukkan perlunyaperbaikan dan
penyempurnaan unit-unit yang telah disusun..
ü Mengembangkan keseluruhan kerangka
kurikulum
Apabila proses penyempurnaan telah dilakukan secara
menyeluruh makalangkah berikutnya mengkaji kerangka kurikulum yang dilakukan
oleh para ahlikurikulum dan profesional lainnya.
ü Melakukan implementasi dan
desiminasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir yang berarti
kurikulum telah siappakai untuk wilayah yang lebih luas (desiminasi).
c. Model
Olivia
Menurut
model ini kurikulum harus bersifat simple, komperhensif dan sistematik. Model
ini menggambarkan model pengembangang kurikulum seperti :
Model
pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Olivia, terdiri dari 12 komponen
yangharus dikembangkan yakni:
ü Komponen
I adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan yang
semuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan
masyarakat. Komponen ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan
sangat ideal.
ü Komponen
II adalah analisis kenutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada, kenutuhan
siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yangharus diberikan oleh sekolah. Komponen
ini mengarah pada tujuan yang lebih khusus.
ü Komponen
III dan IV adalah komponen yang berisikan tentang tujuan umum dan tujuan khusus
kurikulum didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum dalam komponen I
dan II.
ü Komponen
V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan
kurikulum.
ü Komponen
VI dan VII adalah komponen yang mulai menjabarkan kurikulumdalam bentuk
perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
ü Komponen
VIII adalah komponen untuk menetapkan strategi pembelajaran yang mungkin dapat
mencapai tujuan apabila tujuan pembelajaran sudah dirumuskan.
ü Komponen
IX yakni melakukan studi awal tentang kemungkinan strategiatau teknik yang akan
digunakan.
ü Komponen
X yakni mengimplementasikan strategi pembelajaran.
ü Komponen
XI dan XII yakni melakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi
kurikulum.
Menurut Olivia, model yangdikembangkanini dapat
digunakan dalambeberapa dimensi yakni:
ü Untuk
menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus, misalnya: penyempurnaan
kurikulum bidangstudi tertentu disekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum
maupun dalam proses pembelajarannya.
ü Model
ini dapat digunakan untuk membuat keputusan danmerancang suatu
program kurikulum.
ü Model
ini dapat digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara khusus.
d. Model
Beauchamp
Beauchamp
mengemukakan ada 5 langkah dalam proses pengembangan kurikulum yakni :
ü Menetapkan
wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan
suatu kurikulum. Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu
kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.
ü Menetapkan
orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Orang-orang
yang harus dilibatkan terdiri dari para ahli/spesialis kurikulum, para ahli
pendidikan termasuk didalamnya para guru dianggap berpengalaman, profesioal
lain dalam bidang pendidikan (seperti pustakawan, laporan, konsultan pendidikan
dan sebagainya), dan para profesional dalam bidang lain beserta paratokoh
masyarakat (para politikus, industriawan, pengusaha, dan sebagainya).
ü Mnetapkan
prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umu dan tujuan
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi.
Keseluruhan prosedur itu selanjutnya dapat dibagi dalam 5 langkah yakni :
·
Membentuk tim
pengembang kurikulum
·
Melekukan penilaian
terhadap kurikulum yang sedang berjalan
·
Melekukan studi atau
penjajahan tentang penentuan kurikulum baru
·
Merumuskan criteria dan
alaternatif pengembangan kurikulum
·
Menyusun dan menulis
kurikulum yang dikehendaki
ü Implemmentasi
kurikulum, yakni perlu mempersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat
berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap efektifitas penggunaan
kurikulum.seperti pemehaman guru tentang kurikulum itu, sarana dan fasilitas
yang tersedia, manajemen sekolah, dan seebagainya.
ü Meleksanakan
evaluasi kurikulum yang menyangkut :
·
Evaluasi terhadap
pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
·
Evaluasi terhadap
desain kurikulum
·
Eveluasi keberhasilan anak
didik
·
Evaluasi system
kurikulum
e. Model
Wheeler
Menurut
Wheeler peemgembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk
lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus menerus. Proses
pengembagan kurikulum terdiri dari 5 fase (tahap) yakni :
ü Menentukan
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuanumum yang dimaksud merupakan tujuan yang
bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan pembelajaran umum
yang bersifat praktis. Sedangkan tujuankhusus adalah tujuan yang bersifat spesifik
dan objektiv yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya.
ü Menentukan
pengalaman belajar yang memungkinkan dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
ü Menentukan
isi atau materi pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman belajar.
ü Menorganisasi
atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar.
ü Melakukan
evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Tahap-tahap
ini merupakan pekerjaan yang berlamgsung secara sistematis atau berurut,
artinya kita tidak mungkin menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama
belumterselesaikan. Tapi apabila setiap tahapansudah selesai dikerjakan,
kitaakan kembali pada tahap awal. Jadi peoses pengembangan kurikulum berlangsung
tanpa ujung, maka tampak pengembangan kurikulum membentuk siklus lingkaran. Pada
hakikatnya setiap tahapan padasiklus membentuksebuah system yang terdiri dari
komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lainnya.
f. Model
Nicholls
Menjelaskan
bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri dari elemen-elemen kurikulum
yang membentuk siklus. Model ini digunakan apabila ingin menyususnkurikulum
baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi. Ada 5 langkah
pengembangan kurikulum menurut Nicholls yakni :
ü Analisis
situasi
ü Menentukan
tujuan khusus
ü Menetukaan
dan mengorganisasiisi pelejaran
ü Mennetukan
dan mengorganisasi metode
ü Evaluasi
g. Model
Dynamic Skillbeck
Adalah
model pengembangan kurikulum pada level sekolah, yang diperuntukkan untuk
setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Agar proses pengembangan bberjalan dengan baik, maka setiap pengembangan
termasuk guru harus memahami 5 elemen pokok yakni :
ü Menganalisis
situasi
ü Memformulasikan
tujuan
ü Menyusun
program
ü Interpretasi
dan implementasi
ü Monitoring,
feedback, penilaian dan rekonstruksi.
h. The
Administrative (line-staf) Model / Model administrasi
Model
administrasi merupakan model pengembangan kurikulum paling lama yang sering
juga disebut sebagai model garis dan staf. Pemberian nama inidibuat berdasarkan
gagasan pengembangan kurikulum yang banyak muncul daripejabat yang berwenang
(administrator pendidikan). Pada umumnya administrator pendidikan ini terdiri
dari pengawas, kepala sekolah, dan staf pengajar inti.Tugas para administrator
tersebut adalah merumuskan konsep-konsepdasar, landasan-landasan, kebijaksanaan
dan strategi utama dalam pengembangankurikulum (Sukmadinata, 2005:162).
Selanjutnya tim membentuk kelompok kerjayang menyusun tujuan khusus pendidikan,
garis besar bahan pengajaran, dankegiatan belajar (Ahmad, 1998:54). Hasil kerja
kelompok selanjutnya dikaji ulangoleh panitia pengarah yang telah dibentuk
sebelumnya dan para ahli lain dibidangnya. Langkah selanjutnya adalah mengkaji
ulang dengan cara melakukan ujicoba untuk mengetahui keefektifan dan
kelayakannya. Dengan cara-cara dan urutansemacam ini terlihat bahwa dari sisi
kebijakan model ini lebih bersifat sentralistik.Dalam pelaksanaannya, kurikulum
ini memerlukan kegiatan pantauan danbimbingan di lapangan. Setelah berjalan
dalam kurun waktu yang ditetapkan, perludilakukan evaluasi untuk menentukan
validitas komponen-komponen yang adadalam kurikulum. Hasil penilaian tersebut
merupakan umpan balik bagi semua unsurterkait, khususnya instansi pendidikan di
tingkat pusat, daerah, dan sekolah.
i.
The Grass-Roots Model / Model Grass-Roots
Model
ini merupakan lawan dari model sebelumnya. Model ini dikenal jugasebagai model
desentralisasi karena inisiatif dan upaya pengembangan kurikulumbukan berasal
dari atas, melainkan dari bawah yaitu guru dan sekolah. Model bisaberangkat
dari sekelompok guru yang mengadakan pengembangan kurikulum.Pengembangan itu
sendiri dapat hanya berupa bagian dari komponen kurikulum,beberapa bidang
studi, ataupun keseluruhan komponen kurikulum. Guru merupakanperencana,
pelaksana, dan sekaligus penilai pengajaran di sekolah. Kepala sekolahsebagai
pimpinan tim administrasi, juga bisa membantu guru dalam membantupengembangan
kurikulum model ini. Dari sini terlihat bahwa pengembangan model ini sangat
tergantung pada kerja sama guru-guru, guru-kepala sekolah, bahkan
jugaantarsekolah.Pengembangan kurikulum model demokratis ini memungkinkan
terjadinyakompetisi antarsekolah, kelompok sekolah, bahkan sampai pada tingkat
daerah.Kreativitas orang-orang yang mempunyai peranan penting di dunia
pendidikan akanbesar pengaruhnya dalam memberikan warna pada model kurikulum
yang dihasilkan.
j.
The Systematic Action-Reserach Model / Model Pemecahan Masalah
Model ini dikenal juga dengan nama action research model. Dari
sisi proses, kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh komponen pendidikan
yang meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum
dikembangkandalam rangka memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang meliputi orang tua
siswa, masyarakat, dan lain-lain. Penyusunan kurikulumdilakukan dengan
mengikuti prosedur action research. Sukmadinata (2005:169) menyebutkan ada dua
langkah dalam penyusunankurikulum jenis ini, yakni:
ü melakukan kajian tentang data-data
yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan kurikulum. Data (informasi) yang
dikumpulkan hendaknya valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai dasar
yang kuat dalam pengambilan keputusan penyusunan kurikulum. Data yang lemah
akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan
ini,disusunlah rencana yang menyeluruh (komprehensif) tentang cara-cara
mengatasimasalah yang ada.
ü melakukan implementasi atas
keputusan yang dihasilkan padalangkah pertama. Dari proses ini akan diperoleh
data-data (informasi) baru yangselanjutnya dimanfaatkan untuk mengevaluasi
masalah-masalah yang muncul dilapangan sebagai upaya tindak lanjut untuk
memodifikasi/memperbaiki kurikulum.
k. The Demonstration Model / Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah. Model ini
diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli
yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya bersekala
kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen kurikulum atau
mencakup keseluruhan komponen kurikulum.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores
ada dua variasi model demonstrasi ini:
ü Sekelompok guru dari satu sekolah
atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan
kurikulum.
ü Bentuk kedua ini kurang bersifat
formal. Beberapa guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada,
mencoba mengembangkan penelitian dan mengembangkan sendiri. Mereka mencoba
menggunakan hal-hal yang lain yang berbeda dengan yang berlaku.
l.
Beauchamp’s System Model / Model
Beauchamp
Pengembangan
kurikulum dengan menggunakan metode beauchamp memiliki lima memiliki lima
bagian pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
ü Memutuskan arena pengembangan
kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
ü Menetapkan personalia, yaitu
siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
ü Organisasi dan prosedur pengembangn
kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan
tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar,
serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
ü Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan
kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan
kurikulum.
ü Evaluasi kurikulum.
m. Roger’s Interpersonal Relation Model / Model
Roger’s
Carl Rogers adalah seorang ahli
psikologi yang berpandangan bahwa manusia dalam proses perubahan mempunyai
kekuatan dan potensi untuk berkembangsendiri. Berdasarkan pandangan tentang
manusia maka rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang disebut
dengan model Relasi Interpersonal Rogers.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model rogers
diantaranya adalah:
ü Pemilihan satu sistem pendidikan
sasaran
ü Pengalaman kelompok yang intensif
bagi guru
ü Pengembangan satu pengalaman kelompok
yang intensif bagi satu kelas atau unit pelajaran.
ü Melibatkan orangtua dalam pengalaman
kelompok yang intensif.
Rogers
lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rencana
pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam
pengembangan kelompok intensif yang terpilih.
n. Emerging
Technical Models
Perkembangan
bidang teknologi dan ilmu pengetahuan seerta nilai-nilai efisiensi dan
efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model kurikulum.
Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, diantaranya :
ü The Behavioral Analysis Model. Menekankan
penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku / kemampuan yang kompleks
diuraikan menjadi perilaku yang sederhana yang tersusun secara hirarkis.
ü The System Analysis Model. Berasal dari
gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama model ini adalah menentukan
spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasi siswa. Langkah kedua
menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil belajar tersebut. Langkah
ketiga mengidentifikasi tahap-tahap hasil yang dicapai serta perkiraan biaya
yang diperlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa
program pendidikan.
ü The Computer-Based Model. Suatu
pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai
dengan mengidentifikasi seluruh unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah
memiliki rumusan tentang hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru
diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit kurikulum tersebut. Stelah
diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil belajar siswa
disimpan dalam komputer.
2.3 Pengembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, pada rentang waktu tahun 1945 –1949 dikeluarkan 1947. Tahun 1950
– 1961, ditctapkan kurikulum 1952. Kurikulum
terakhir pada masa orde lama adalah kurikulum 1964.
Masa Orde Baru
lahir empat kurikulum. Kurikulum 1968 ditetapkan dan berlaku sampai tahun 1975.
Selanjutnya muncul Kurikulum 1975. Pada tahun 1984 dihuat kurikulum baru dengan
nama Kurikulum 1975, yang disempurnakan dengan Cara Belajar Siswa Aktif.
Pada tahun 1994, dikeluarkan kurikulum baru, yakni Kurikulum 1994. Kurikulum
ini menjadi kurikulum terakhir yang dikeluarkan
oleh Orde I3aru.
Menurut pendapat kami. KTSP merupakan
kombinasi dari model Ralph Tyler dan model Hilda Taba. Di satu sisi KTSP bersifat deduktif (Model
Tyler), karena dalam KTSP tujuan pendidikan itu mengacu pada Tujuan PendidikanNasional. Namun, .jika dilihat dari sisi lain, KTSP bisa bersifat induktif
(Model Taba), karena dalam KTSP diberikan kewenangan atau keleluasaan bagi guru untuk berpikir dan bekerja
kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa dan juga menggali potensi lingkungan.
Melalui KTSP sekolah-sekolah diberi kebebasan menyusun kurikulum sendiri dengan
konteks lokal, kemampuan dan kebutuhan siswa serta
ketersediaan sarana prasarana.
Model dapat membantu kita membentuk konsep dari sebuah proses dengan menunjukkan prinsip-prinsip dan
prosedur-prosedur tertentu. Dimana beberapa model berbentuk diagram, ada pula
model yang berupa daftar langkah-langkahyang direkomendasi oleh pembuat kurikulum. Beberapa model linear, dengan pendekatan langkah demi langkah,
dan ada model yang berangkat dari urutan langkah-langkah yang pasti/tetap.
Ada pula model yang menawarkan pendekataninduktif dan ada yang mengikuti pendekatan deduktif. Beberapa model
bersilat preskriptif,
yang lain bersifat deskriptif.
Proses pendidikan di negara kita belum
menekankan kermandirian dan perkembangan multidimensi individu. Karena itu, pendidikan di negara kita seharusnya menempatkan
perkembangan integral anak sebagai orientasi utama. Dengan kata lain kemerdekaan
individu anak tetap harus dikedepankan sebagai praktek pendidikan sejati, visi kemerdekaan tidak
dapat dikontraskan dengan kepentingan kolektif dalam wadah negara. Tujuan
pedagogis (yakni perkembangan anak) dan kepentingan negara harus disinergikan dalam kebijakan dan praktek pendidikan.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Prinsip-prinsip yang akan digunakan
dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah
atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
pengembangan kurikulum secara umum yang diangggap
penting yakni : Prinsip Relevansi,
Prinssip fleksibilitas, Prinsip kontuinitas, Efektifitas, Efesiensi.
Sedangakan prinsip pengeembangan kurikulum secara
khusus yakni:
f. prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan,
g. prinsip berkenaan dengan pemilihan
isi pendidikan,
h. prinsip berkenaan dengan pemilihan
proses belajar mengajar,
i.
prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran,
dan
j.
prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Nadler
(1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si
pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan
menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah
·
model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan
interaksi manusia,
·
model dapat mengintegrasikan seluruh
pengetahuan hasil observasi dan penelitian,
·
model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat
kompleks,
·
model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang
dapat digunakan, setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari
keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan
pengembangan sesuai dengan pendekatannya.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kami
berharap bisa membantu dan menambah ilmu pengetahuan pembaca/teman-teman
tentang macam-macam prinsip dan model pengembangan kurikulum maupun penerapan
prinsip dan kurikulum yang digunakan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina.
Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, (2011).
Komentar
Posting Komentar